Tentang blog ini

Blog ini berisi rekaman untuk selalu "take in the good" - meresapi sisi baik, indah, dan menyenangkan dari berbagai pengalaman. Upayaku mempertahankan emosi positif, meningkatkan rasa syukur, dan selalu merayakan kebaikan.

Sunday, May 6, 2012

I SHALL NOT HATE

Seperti biasa, makan siang ku di apartemen selalu di temani acara TV ABC News24. Siang itu, acaranya menyajikan Dr. Izzeldin Abuleish penulis buku “I Shall Not Hate” dalam sebuah wawancara di Sydney. Segera setelah acara ini tuntas, aku langsung searching buku tadi di public library Bentley, dan Gotcha! Mereka punya bukunya dan aku langsung reserve.

Tiga hari berikutnya, buku ini sudah jadi teman pengantar tidur dan weekend ku.

“I shall not hate” adalah memoir tentang bagaimana maaf, toleransi, rasa kemanusiaan menaklukkan kekecewaan, marah, frustrasi dan dendam. Apa yang bisa diperbuat orang yang istrinya meninggal karena kanker, kemudian 1 bulan berikutnya ia harus kehilangan 3 anak tercintanya sekaligus dalam satu bombardir tank tentara Israel? Ditambah dengan berbagai cobaan mahaberat lain dalam menjalani hidup dan kariernya, Izzeldin punya banyak alasan untuk membenci, melawan, memerangi, bahkan membunuh orang Israel.

Tapi bukan itu jalur yang dipilihnya. Dia malah bilang, “If I could know that my daughters were the last sacrafice on the road to peace between Palestinians and Israels, then I could accept it”

Tinggal dekat perbatasan Palestina & Istrael di jalur Gaza, Izzeldin tetap menjalankan profesinya sebagai dokter di Israel. Ia berusaha terus meyakinkan banyak pihak, bahwa perdamaian bukan harapan kosong di Palestina. Ia tidak berpikir sempit melihat Israel sebagai entitas tunggal dimana semua orang sama. Seperti juga ia berharap dunia termasuk Israel melihat tidak semua orang Palestina teroris.

Begitu banyak kesulitan hidup yang ia jalani berhadapan dengan orang Israel. Tapi itu tidak membuatnya meng-generalisasi tindakan yang diterimanya. Rasa marahnya, kalaupun ada, selalu difokuskan terbatas pada yang dikeluhkannya saja. Tidak merembet ke hal-hal lain atau malah menguasai dirinya. Izzeldin sadar itu hanya akan merusak dirinya dan perjuangan hidupnya. Dengan derita yang dialaminya, ia masih mampu bicara perdamaian dan menjaga hubungan baiknya dengan rekan-rekan Israelnya.

Buku “I shall not hate” ini kisah hebat tentang rasa sabar dalam menghadapi realita. Tentang bagaimana keteguhan dengan nilai prinsipil memberi panduan dalam melangkah. Bacaan istimewa untuk bercermin, bahwa kebencian dan permusuhan lebih sering jadi sumber petaka.

1 comment:

  1. Jazakallah atas resensi bukunya. Insya Allah akan baca segera.

    ReplyDelete