Tentang blog ini

Blog ini berisi rekaman untuk selalu "take in the good" - meresapi sisi baik, indah, dan menyenangkan dari berbagai pengalaman. Upayaku mempertahankan emosi positif, meningkatkan rasa syukur, dan selalu merayakan kebaikan.

Saturday, August 4, 2012

Persahabatan

Betapa besar peran persahabatan dalam banyak sisi kehidupan. Jauh dari keluarga 7 bulan terakhir, di negeri orang, aku merasakan betul tuah persahabatan. Banyak hikmah yang kuperoleh dari pergaulanku dengan beberapa orang yang cukup dekat di sini.

Merasa senasib dengan pergulatan menyelesaikan studi, keberadaan mereka memberi kekuatan tersendiri. Perhatian dan sapaan mereka adalah penyemangat. Kabar kelancaran progres studi mereka adalah driver. Jokes mereka pembangkit gairah. Di sisi lain, keluhan dan curhat mereka bisa menjadi peneguh hati.

Lebih dari itu, tidak jarang –dengan caranya sendiri-sendiri– mereka mengingatkan. Atau bahkan lebih tepat melindungiku, dari perilaku dan perbuatan yang tidak perlu. Kehangatan persahabatan, tak pelak lagi, menentukan secara signifikan keberhasilan studi.

Sydney3: Amazing Sydney

Sensasi itu sudah terasa saat beranjak dari parkiran Sydney domestic airport. Sahabatku menyebutnya “serasa di Jakarta”, dengan berseliewerannya mobil dan angkutan umum. Terbiasa dengan Perth yang kalem, metropolitan seperti Sydney terasa lebih vibrant. Sepintas, kaya Jakarta memang. Tapi, tunggu dulu. Tentunya minus polusi, kemacetan, dan manusia yang menyemut.

Di hari-hari pertama, kami menikmati suasana seputaran central station city dekat kampus UTS, dimana gedung bergaya Victorian berbaur dengan arsitektur modern. Atraksi-atraksi unggulan Sydney lain, menyusul. China town ala Glodok dan Darling Harbour yang mempesona dengan refleksi pemandangan city night nya jadi pilihan awal leisure kami.

Di kesempatan berikutnya, kami menikmati Bondi Beach yang bersih dengan langit birunya, dan Circular Quay dengan Sydney Rock dan Sydney Opera nya yang meriah. Betapa beruntungnya kami. Di tengah winter, kami mendapatkan anugerah hari yang cerah. Mostly sunny. Selain suasana kampus tengah kota UTS, kami putuskan juga untuk mencicipi suasana kampus apik University of New South Wales. Menumpang light train, monorail, dan memanjat Sydney tower eye, melengkapi plesiran ini. Satu lagi. Merekam berbagai suasananya dengan kamera Canon ku pun menjadi kepuasan tersendiri.

Berharap sensasi amazing Sydney ini menaikkan level semangatku untuk kembali menghadapi disertasi yang masih perlu diukir di sana sini bagiannya. Setidaknya, lagi-lagi ini peluang menjadikan sebuah pengalaman, alasan untuk memanjatkan rasa syukur. Alhamdulillah.

Saturday, July 28, 2012

Sydney2: Dua orang baik

Perlu mencatat dua orang yang melakukan hal sederhana tapi bermakna, yang membantu aku dan sahabatku selama di Sydney. Yang pertama, Om Edy, pria menjelang 60 tahun yang telah menetap di Sydney lebih 30 tahun. Yang kedua, mas Khairul Anam, dosen dari sebuah PTN di Jawa Timur yang sedang mengambil PhD nya di bidang engineering di UTS.

Kenal dengan mertuaku, Om Edy antusias sekali ingin membantu menjemput ke Bandara dan mengantarkan kami ke penginapan. “Nanti telpon saja atau SMS, kasih tahu pakai pesawat apa dan baju apa. Nanti Om Edy jemput.” katanya menawarkan. “Om Edy pakai peci nasional” ulangnya lagi lewat SMS, menjelang kami take off. Dengan peci itu, tak sulit menemukan beliau saat kami mendarat. Bantuannya sangat memudahkan, karena kami harus ke dua tempat sekaligus. Walaupun lokasi penginapan tidak jauh dari stasiun, karena sudah gelap, hampir pasti kami akan kerepotan kalau tidak diantar. Baru kenal lewat telpon, namun merelakan 2 jam an waktunya memang bukan luar biasa. Tapi, begitu bermakna untuk kami. Dia memaksa untuk mengantar kami ke bandara lagi saat pulang. Keikhlasannya membantu, dan mudah2nya akses ke bandara dengan kereta, membuatku lebih pantas untuk menolak tawaran ini.

Mas Anam sudah kuhubungi sejak 3 minggu sebelum berangkat, untuk mencari tahu alternatif penginapan dan transportasi selama kursus. Pria lajang ini selalu responsif menjawab email atau telpon. Dia sempatkan menemui kami di sela-sela rehat kursus, dan dengan kehangatannya kami langsung akrab. Sempat juga dibawanya kami makan siang di common room postgraduatenya. Hampir setiap hari selama kami di Sydney, mas Anam selalu bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan kami soal UTS, soal kereta, soal bus dan tempat-tempat yang ingin kami kunjungi. Tidak jarang, beliau menyempatkan diri membuka dulu google map, bahkan mencetakkannya untuk kami, jika kebingungan dengan satu lokasi. “Nggak apa-apa, pak. Nggak usah sungkan-sungkan..” katanya setiap kali aku berbasa-basi sudah merepotkan dia. Tak ada nada keberatan dan terganggu di suaranya. Hanya ketulusan.

Saat pulang, aku pastikan pamit dan berterima kasih lewat sms pada dua orang baik ini, berikut kalimat “Jazakumullahu Khairan”. “Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal”

Friday, July 20, 2012

Sydney1: 5-days course

Satu minggu penuh di akhir Juni aku berada di Sydney. Tujuan utamanya adalah mengikuti kursus Advanced Structural Equation Modeling (SEM) using AMOS yang di selenggarakan ACSPRI, sebuah konsorsium pelatihan riset. Aku membutuhkan kursus ini untuk mematangkan penggunaan analisis ku pada disertasi. Di kampus ku, ECU, masih sangat jarang staf akademik yang mahir dengan SEM. Kedua, aku pikir,pengetahuanku tentang SEM dan AMOS ini akan membuka peluang untuk melakukan penelitian yang lebih menarik. Alasan ketiga, mengunjungi Sydney adalah leisure. Bagi pelajar di Perth, mengunjungi belahan timur Australia, antara Sydney, Melbourne atau Brisbane, menjadi pertimbangan tersendiri. Seperti ada yang kurang, kalau kita 3 tahunan di Australia Barat, tapi tidak mampir ke salah satu negara bagian itu.

Aku berangkat bersama seorang sahabat dari school of management ECU. Secara keseluruhan, mengikuti kursus yang diselenggarakan di University of Technology Sydney ini menyenangkan. Pertama, pengajarnya memang seorang pakar dalam bidang SEM dan AMOS. Kedua, bahan-bahan yang diberikan sangat lengkap, terutama yang bersifat data dan panduan. Ketiga, peserta mendapat kesempatan untuk konsultasi “one-to-one” yang langsung membahas masalah dengan data penelitian masing-masing. Meski pada dua hari terakhir kami agak keteteran mengikuti materi yang cukup kompleks dan baru kami kenal, toh kami tetap merasa beruntung karena mendapatkan wawasan baru. Suasana kelas yang pesertanya kebanyakan staf dosen dan peneliti yang sudah mahir dengan statistik, memberi dorongan tersendiri untuk memajukan diri.

Beberapa hari diantara hari kursus, kami sempat tinggal lebih lama di laboratorium, mencoba mempraktekkan yang telah kami peroleh: mengutak-atik kesesuaian model dan data yang kami miliki. Begini enaknya kalau punya sahabat rajin dan pintar. Aku merasa beruntung sahabatku ini menularkan determinasinya untuk hasil yang optimal dalam analisis thesis. Dalam suasana up-and-down dengan hasil yang kadang memelas, kadang melegakan, kami berdiskusi dan saling menyemangati.

5 hari penuh mengikuti kursus tingkat lanjut, menyadarkanku lagi, betapa hasrat belajar, keinginan untuk berkembang, serta kekukuhan menjadi lebih baik dari sebelumnya, adalah modal utama dalam hidup.

Saturday, June 9, 2012

Pacuan kuda; Belmont Park Racecourse

Memperingati Foundation Day Western Australia, pemerintah State WA mengadakan satu acara pacuan kuda di Belmont Park Racecourse. Setelah nonton konser, Australian footy, balap mobil, ini kesempatanku untuk mengalami seberapa hebohnya acara pacuan kuda di Australia.

Seperti yang dibayangkan, pacuan kuda bagi golongan tertentu di Australia bukan hanya soal adu cepatnya kuda. Bukan hanya soal kelihaian joki memacu kudanya. Ini soal bagaimana mereka bersosialisasi, berkumpul dan menikmati alkohol.

Juga soal beradu mode busana, rambut, dan..ini the best part nya: Bertaruh!

Tentang taruhan, aku baru menyadari setelah di Belmont. Ternyata yang dipertaruhkan bukan saja pacuan di arena Belmont, tapi juga di arena-arena lainnya di Australia. Saat jeda, menunggu pergantian kuda, semua mengalihkan perhatian ke monitor-monitor yang tersedia di setiap sudut stadion termasuk satu layar lebar.

Aku sempatkan diri mengamati dari dekat, bagaimana kuda-kuda itu dikelola di kandangnya menjelang masuk ke arena, dan dipertontonkan menjelang mulai berlaga supaya jelas bagi petaruh, kuda mana yang jadi andalan mereka.

Sungguh, hari itu, aku di anugerahi lagi satu pengalaman unik yang menyenangkan….(Except, I missed so much my 300mm zoom lens …)

Friday, June 8, 2012

Letter for my daughters; The coolness of the eyes

Uni, Kakak,

Ayah mau share sesuatu tentang bagian dari doa yang sering disampaikan di acara2 keagamaan; Qurrata Ayun, atau The coolness of the eyes. Ini adalah ungkapan bahasa Arab untuk menggambarkan situasi dimana kondisi emosi kita, so much- so much relieve, begitu senangnya hingga meneteskan air mata. Dalam bahasa Inggris istilahnya the tears of joy.

Ayah ingat ungkapan ini waktu dapat cerita-cerita kalian selama seminggu terakhir. Ayah senang sekali Uni bilang ujiannya banyak yang sukses dan mudah2an bernilai bagus. Ayah juga luar biasa senang dengar Kakak, yg tadi cemas, optimis dengan hasil ujiannya. Kalian sudah dua tahun tertinggal pelajarannya karena di Australia, dan ayah cukup khawatir dengan pelajaran kalian di Indonesia. Alhamdulillah kalian tetap semangat, kerja keras, dan membuktikan kalian bisa mengejar ketertinggalan pelajaran. Insya Allah, Dia menjawab doa-doa kita.

Ayah juga senang dengar kalian enjoy memulai liburannya (hello they don’t even begin yet …) dengan acara nginap di hotel minggu lalu. Dengan city tour, nonton drama Lutung Kasarung di TIM dan ikut acara perpisahan twin dengan teman2 nya.

Kemarin dan hari ini, ayah tambah senang lagi mendengar kalian fun dengan program liburan di Bandung selama 2 malam.

Walaupun ayah tidak ada diantara kalian menikmati liburan, ayah mau kalian tahu ayah ikut senang dengan mendengar ceritanya.

Jangan lupa untuk tetap bersyukur, mengingat Allah, yang kadang menguji kita dengan rasa suka.

May Allah always gives us the coolness of the eyes …

90 million miles: Jason Mraz

Seorang sahabat, mahasiswi doktoral ECU, satu pagi tiba-tiba tanya lewat BBM; “Suka Mraz?” Aku jawab “suka”. Dan dia kirimkanlah 3 file mp3, lagu-lagu Jason Mraz dari album Love is four letter words. Sedang sendiri dan hening di PhD suite, aku dengarkan dengan hikmat lagu pertama yg dikirim: 90 Million Miles. Ternyata, bagusnya bukan main.

Menikmati musik, kadang seperti orang pacaran. Kita bisa jatuh cinta di “pendengaran pertama”. Dan lazimnya, itu cinta yang sejati dan tidak salah. Artinya, lagunya benar-benar enak. Itu yang terjadi dengan 90 million miles pagi itu. Mendengar chorusnya pertama kali, aku langsung merinding saking nikmatnya. Seriously.

Seharian, lagu itu menemaniku. Juga videonya di youtube, yang bikin aku tambah suka karena jadi tau konteks liriknya. Hmm, walaupun, kalau liriknya dihayati, perasaan jadi agak campur aduk karena ingat tantangan menyelesaikan disertasi dan keluarga. Yang jelas, semakin sering mendengarkan, semakin aku suka. Musik indah, yang bisa membuat kita tenggelam dalam racikan nadanya adalah sebuah rahmat. Sesuatu yang harus disyukuri.

Dulu, di acara Java Jazz Maret 2009, aku bergeming ketika istriku bergegas ke venue Jason Mraz. Aku malah memilih nonton band yang lain. Di rumah, walaupun ada DVD concert Jazon Mraz, aku pun segan menontonnya.

Sekarang, sudah hampir satu minggu “90 Million Miles” mengiringi hari-hari ku. Dari bangun pagi hingga menjelang tidur. Di kamar, di mobil, di kereta, di kampus ..

Dan lihatlah. Kadang, hanya perlu langkah ringan untuk berbagi nice things. Dan seringkali, kita tak pernah tahu, betapa berartinya itu bagi orang lain.

"Just now

That wherever you go

No you’re never alone

You will always get back home ….”

WAMi opening party @The Bakery

WAMi (Western Australia Music Industry) di pertengahan Mei memulai rangkaian acara penganugerahaan karya musiknya lewat WAMi Festival 2012. Aku sempatkan ikut acara opening partynya di The Bakery, satu klub di daerah Northbridge. Tertarik mengisi malam minggu di sini sambil ingin menjawab pertanyaan; seperti apa sih band-band terpopuler di WA penampilannya?

Penampilan band-band yang dihadirkan di acara itu sebenarnya tidak banyak yang istimewa. Secara teknis, sebagian besar kemampuan mereka belum terlalu matang. Cuma 2 atau 3 grup aja yang dapat perhatian khususku. Tapi tetap saja aku enjoy malam itu. Variasi musiknya, mulai dari Rock, Pop, Indie, Jazz, menolong terangkatnya suasana. Senang menyaksikan bagaimana mereka kreatif dan serius mengorganisir satu acara, dan bagaimana menciptakan flow acara yang melibatkan audiens.

Selain melepaskan keinginan menikmati musik dan performing art, aku juga menikmati menyaksikan bagaimana budaya kawula muda Perth, penonton paling banyak di sana, menikmati pestanya. Bagaimana kebiasaan bersosialisasi, bergaya, menjadi animal party dan berpesta seolah there is nothing like tomorrow. Bagaimana mereka membiarkan alkohol menemani mereka dan membuat mereka kehilangan sedikit demi sedikit kesadarannya. Sepertinya mereka ingin menunjukkan “Malam itu adalah malam yang harus dinikmati, besok dan hari berikutnya adalah cerita lain”. Well, sebuah hikmah lain untuk jadi bahan renungan.

V8 Supercars; Barbagallo Race

Lebih dari 20 tahun lalu terakhir aku melihat langsung balap mobil. Di Ancol waktu itu. Jadi, mengulanginya lagi, di Perth, tentu bukan kesempatan sembarangan. Excitement itu sudah mulai merebak sejak di kereta Transperth. Para fans balapan ini sudah mulai unjuk gigi menggunakan baju-baju berlogo tim balap mereka. Dari Clarkson, stasiun kereta paling utara Perth, kami dibawa layanan bus khusus ke Barbagallo Race.

Suasana balapannya bertambah kental begitu turun Bus. Deru mesin itu sungguh memekakkan telinga. Apalagi, sesekali helikopter menyiasati angle liputannya di atas arena. Pantas orang sinis bilang pengelola balapan mobil, paling tahu menghabiskan uang hanya untuk kebisingan.

Di arena, para fans itu bergerombol dengan perlengkapan pikniknya, kursi piknik dan kamera. Pemandangan yang seru. Sirkuit Bargallo memang bagus karena ada bagiannya yang berbukit sehingga bisa terlihat dari berbagai sudut. Tak bosan melihat mobil-mobil itu meliuk, memacu, menyalip.

Keriuhan di paddock pun jadi pemandangan tersendiri pula. Kesibukan para mekanik dan tim balap dan mobil pajangan yang ditampilkan di sana begitu seru. Tentulah tidak tinggal tingkah genit paddock girls yang bikin banyak penonton “panas dingin” dan minta foto bareng.

Suasana V8 Supercars race ini jauh berbeda dengan suasana Ancol yang teringat oleh ku, selain soal kebisingan itu. Tapi ini lebih menarik dan lebih seru.

Dan yang paling penting, acara ini berhasil memacu lagi hasratku untuk menuntaskan bagian-demi bagian disertasi ..

Beyond PhD + Pengalaman beragama

Berkat FB dan Whatsapp, aku kembali berhubungan dengan sahabat akrab di SMP yang kini menetap di Hongkong. Layaknya dulu waktu teenager, kami pun saling chat termasuk berlama-lama lewat telpon. Tapi bukan itu yang penting dalam posting ini. Ada yang berubah pada sahabat itu. Kerja di perusahaan multinasional, sempat tinggal di London, dia sekarang terkesan alim. Sangat alim, bahkan. Katanya, dia merasa benar-benar ingin “masuk Islam”. Dia sampaikan informasi website ceramah agama dari seorang professor bahasa Arab dan pendiri Bayyinah Institute dari Amerika, Nouman Ali Khan. “Insya Allah pandangan kau tentang Al-quran berubah. Coba lihat video2 nya, download mp3 nya”. katanya. Saran yang baik, dan tidak ada salahnya untuk dicoba.

Beberapa file video dan mp3 nya segera pindah ke Ipod ku. Sengaja kusisihkan waktu untuk menyimak materi kajiannya. Harus diakui, amazing. Brother Nouman punya pengetahuan canggih soal Al-quran dan aplikasinya. Kesimpulan ku atas teman tadi, pengalaman beragamanya meningkat mutunya karena ketekunannya mempelajari materi-materi agama. Kalau mau advanced dengan pengalaman beragama, tidak ada jalan lain; harus proaktif menambah ilmunya. Membaca ratusan jurnal akademik, berpuluh-puluh buku tentang yang jadi kajian PhD ku, mengapa tidak menyempatkan diri belajar agama?

Kini, bukan hanya beberapa file saja yang sudah pindah ke Ipod ku dari situs web Nouman Ali Khan dan Bayyinnah Institute. Hampir semua kajian tafsir Juz Amma’ dan ceramah-ceramah aku download. Aku juga ikut berlangganan postingannya supaya selalu update. Kadang di akhir pekan, teman tadi menelpon dan kami berdiskusi agama sambil sesekali bernostalgia.

Alhamdulillah, mendengarkan, mempelajari materi-materi agama lewat MP3 dan video ini sudah mulai jadi kebiasaan. Setiap hari, aku bisa mendengarkan atau melihat video agama 1-2 jam. Dugaan sahabat tadi tidak meleset. Pandanganku atas al-quran dan pengalaman beragama pun berubah. Tranquillity, as the fruit of Iman …pelan-pelan mulai lebih sering aku rasakan dari sebelumnya.p>

Menyelesaikan PhD, aku harap jerih payahku dan pengorbanan yang kulakukan hasilnya maksimal; sesuatu yang Beyond PhD. Gelar PhD dan kecakapan yang melekat di dalamnya, Ya. Produk sampingan dalam bentuk buku, Ya. Produk sampingan dalam bentuk modul pelatihan, Ya. Peningkatan wawasan dan mutu pengalaman beragama? Why Not? It seems a perfect combination anyway ..

Insya Allah ..

Sunday, May 6, 2012

I SHALL NOT HATE

Seperti biasa, makan siang ku di apartemen selalu di temani acara TV ABC News24. Siang itu, acaranya menyajikan Dr. Izzeldin Abuleish penulis buku “I Shall Not Hate” dalam sebuah wawancara di Sydney. Segera setelah acara ini tuntas, aku langsung searching buku tadi di public library Bentley, dan Gotcha! Mereka punya bukunya dan aku langsung reserve.

Tiga hari berikutnya, buku ini sudah jadi teman pengantar tidur dan weekend ku.

“I shall not hate” adalah memoir tentang bagaimana maaf, toleransi, rasa kemanusiaan menaklukkan kekecewaan, marah, frustrasi dan dendam. Apa yang bisa diperbuat orang yang istrinya meninggal karena kanker, kemudian 1 bulan berikutnya ia harus kehilangan 3 anak tercintanya sekaligus dalam satu bombardir tank tentara Israel? Ditambah dengan berbagai cobaan mahaberat lain dalam menjalani hidup dan kariernya, Izzeldin punya banyak alasan untuk membenci, melawan, memerangi, bahkan membunuh orang Israel.

Tapi bukan itu jalur yang dipilihnya. Dia malah bilang, “If I could know that my daughters were the last sacrafice on the road to peace between Palestinians and Israels, then I could accept it”

Tinggal dekat perbatasan Palestina & Istrael di jalur Gaza, Izzeldin tetap menjalankan profesinya sebagai dokter di Israel. Ia berusaha terus meyakinkan banyak pihak, bahwa perdamaian bukan harapan kosong di Palestina. Ia tidak berpikir sempit melihat Israel sebagai entitas tunggal dimana semua orang sama. Seperti juga ia berharap dunia termasuk Israel melihat tidak semua orang Palestina teroris.

Begitu banyak kesulitan hidup yang ia jalani berhadapan dengan orang Israel. Tapi itu tidak membuatnya meng-generalisasi tindakan yang diterimanya. Rasa marahnya, kalaupun ada, selalu difokuskan terbatas pada yang dikeluhkannya saja. Tidak merembet ke hal-hal lain atau malah menguasai dirinya. Izzeldin sadar itu hanya akan merusak dirinya dan perjuangan hidupnya. Dengan derita yang dialaminya, ia masih mampu bicara perdamaian dan menjaga hubungan baiknya dengan rekan-rekan Israelnya.

Buku “I shall not hate” ini kisah hebat tentang rasa sabar dalam menghadapi realita. Tentang bagaimana keteguhan dengan nilai prinsipil memberi panduan dalam melangkah. Bacaan istimewa untuk bercermin, bahwa kebencian dan permusuhan lebih sering jadi sumber petaka.

Saturday, May 5, 2012

International Jazz Day

Acara Jazz International Day ini diadakan atas kerja sama Perth Jazz Society, The Western Australian Youth Jazz Orchestra, dan The Duke Ellington Jazz Club. Yang terakhir ini adalah venue Jazz popular di kota Perth. Karena sudah cukup lama tidak nonton musik Jazz scr "live", ditambah dengan “dendam” 3 kali berturut-turut tidak nonton Java Jazz Festival, aku datang malam ke klub jazz itu dengan semangat tinggi.

Ada dua grup yang tampil malam itu. Yang pertama adalah grup jam session profesional Jazz terkemuka di Perth. Yang kedua, ensemble jazz dari Western Australian Academy of Performing Arts (WAPA). Nomor-nomor yang mereka mainkan terasa enak di telinga dan cukup atraktif aksi panggungnya. Mereka membawakan lagu orisinil ciptaan mereka.

Menonton Jazz adalah menyaksikan bagaimana kreativitas dipadukan oleh satu kerjasama yang penuh toleransi. Pemain, penyanyi harus tahu kapan dia mundur, berhenti dan kapan dia harus mencuat ke permukaan. Permainan jazz yang baik adalah permainan dari mereka yang sigap merespon, pantas dalam menentukan momen, dan konsentrasi dalam menghayati dinamika nada.

Memang, dari segi kemampuan, dua grup penampil ini tidak secanggih jagoan-jagoan Jazz Indonesia, sih. Tapi, ya keasyikan suasana klub ini malam itu tidak jelek. Pengunjung yang datang pun kelihatan cukup apresiatif.

All in all, satu malam yang menghibur. Cukuplah untuk recharge isi kepala, kembali menghadapi tantangan paragraf demi paragraf literature review ku.

Sunday, April 29, 2012

Letter for my Daughters; Make Smoking History

Uni, Kakak,

Masih ingatkan iklan “Adrian” orang yang kena cancer gara-gara merokok itu? Yang kakak suka bilang, “Ayah, dapat salam lho dari Adrian…” kalau kesal lihat Ayah sedang merokok. Ayah lihat beberapa iklan yang hampir sama belakangan ini dan bikin ayah ingat uni sama kakak. Salah satu iklannya menggambarkan seorang anak perempuan yang menceritakan pengalaman serunya acara main cricket dengan paman2 nya, ke ayahnya yang sedang sakit paru-paru. Si anak cerita dengan exciting banget, si ayah mendengar dengan kesulitan karena pakai bantuan pernafasan. Nafasnya tersengal-sengal. Menutup ceritanya, si anaknya bilang “it was so funny Dad you should have been there ..”. Wajahnya menyayangkan, kenapa ayahnya sampai sakit. Ayahnya kelihatan sangat menyesal. Tapi dia tidak bisa bilang apa-apa karena kondisinya. Diambilnya tangan anaknya, dan digenggamnya erat-erat. Menunjukkan betapa besar penyesalannya.

Kebetulan persediaan Rokok ayah habis. Ayah pikir, ini kesempatan bagus untuk benar-benar berhenti merokok. Ya, Ayah sekarang bertekad untuk tidak merokok lagi.

Sudah satu minggu sekarang, and it seems pretty good. Ayah coba melawan keinginan membeli rokok dengan menyeimbangkan kegiatan ayah. Tapi yang paling kuat mendorong ayah mematahkan keinginan itu adalah dengan cara mengingat kalian. Ayah ingin bisa mengikuti sebanyak mungkin saat-saat kalian senang dan exciting. Sebaliknya, Ayah tidak mau membuat kalian sedih, melihat ayah sakit gara-gara merokok. Atau yang lebih fatal daripada itu.

Before it’s too late.

Love, hugs, and all that stuff

Ayah

Murdoch Multicultural day

Acara acara bertemakan multikultural adalah salah satu keunikan masyarakat Australia. Karena itu, waktu satu teman mengajak ku untuk hadir di Murdoch University, di acara multikultural mereka, aku merasa perlu hadir. Murdoch University, konon adalah kampus yang paling beragam asal negara dan etnis pelajar internasionalnya di Australia Barat. Kebetulan teman2 di Murdoch Indonesia Student Association (MUISA), selain membuka stall makanan, juga ingin menampilkan permainan angklung dan tarian bali. Peluang untuk refreshing di satu siang Autumn yang cukup cerah dan sejuk.

Suasana dan aroma tradisi yang berbeda langsung terasa di arena acara waktu aku datang. Setiap kelompok mahasiswa yang berasal dari negara-negara yang berbeda unjuk ciri khas negara mereka. Yang tidak luput dari pandangan ku adalah cukup banyaknya mahasiswa asal Timur Tengah. Termasuk negara-negara yang situasinya sedang kacau seperti Libya misalnya. Jadilah ada cerita-cerita tentang seretnya dana beasiswa, dan gangguan pengelolaan biaya hidup. Di depan stand teman2 MUISA, aku juga melihat kumpulan mahasiswa dari Bhutan, yang dengan semangat menonjolkan khazanah budaya mereka. Dengan wajah campuran seperti orang Nepal yang unik, para mahasiswa dari negara “mungil” yang terselip antara India dan China ini terlihat penuh percaya diri saja.

Tidak sedikit sebenarnya mahasiswa-mahasiswa dari negara-negara “dunia ketiga” yang masih tergolong “terkebelakang” bertebaran di Perth. Sebutlah misalnya Srilangka, Kambodia, Vietnam, dan yang sekelasnya. Mereka datang dengan semangat untuk mengubur masa lalu, meninggalkan tanah air mereka, mengubah nasib dan masa depannya di Perth. Tidak ingin mengalami keporak-porandaan tanah air mereka.

Ini memberiku pandangan bahwa seharusnya mahasiswa dari Indonesia seperti aku harus bisa unjuk gigi percaya diri di antara percaturan mahasiswa Internasional di mana mereka sekolah. Indonesia adalah negara besar, sarat dengan hal-hal yang bisa dibanggakan (well, sort of ..). Paling tidak, bisa dibilang lebih baik dari negara-negara tertentu tadi. Fasilitas yang diberikan pemerintah untuk beasiswa juga tidak jelek-jelek amat.

Walaupun melintas pikiran-pikiran di atas, bukan itu yang aku bicarakan dengan teman2 waktu ngumpul sambil menikmati penganan dan performance acara. Itu terlalu berat untuk niat meringankan beban menulis laporan. Seperti biasa, acara ngumpul-ngumpul ini kesempatan untuk saling bercanda. Mencoba rileks dengan progres studi. Menertawakan gerak lamban menuju deadline, atau mengolok-olok pencairan beasiswa. Mencoba tampil ceria, demi menghidupkan terus bara semangat menuntaskan studi, yang kadang-kadang redup dan sayup-sayup.

Sunday, April 15, 2012

Letter for my daughters; Three blessings journal

Uni Jasmin, Kakak Andrea,

Masih ingatkan ayah sering suruh kalian mengingat 3 hal positif yang kalian alami setiap hari sebelum tidur. Lebih baik lagi sempatkan untuk menulisnya. Latihan ini namanya “Three blessings journal”. Gunanya untuk mengingatkan kita atas hal-hal baik yang dianugerahkan Tuhan untuk kita. Ini cara lain untuk bersyukur, selain bersyukur setiap selesai shalat. Kenapa ini penting kita lakukan? Ini penjelasannya.

Hidup kita sehari-hari penuh dengan aneka peristiwa. Ada yang bikin perasaan kita down, sedih, gundah. Ada yang bikin kita senang, exciting, fun. Kita akan mengalami hal ini sepanjang hidup kita. Hal-hal yang buruk memang harus kita ingat, supaya kita tidak lagi mengalaminya di masa depan. Tapi, kita jangan suka tenggelam memikirkan hal-hal buruk ini berlebihan. Contoh yang paling gampang misalnya, waktu kakak selalu khawatir dengan sekolahnya: “gimana ya kalau nilai aku jelek?” “Gimana ya kalau aku nggak naik kelas?” “Nanti teman-teman aku bilang apa ya, kalau baju aku nggak matching?” Kalau kita hanya fokus dengan hal-hal buruk ini, kita bisa hidup dalam perasaan cemas atau bahkan bisa depresi. Seolah-olah hidup kita akan buruk terus. Dan kalian akan sering bilang “Aku boring banget hari ini …”.

Sebaiknya kita luangkan lebih banyak waktu untuk mengingat dan mendalami hal-hal bagus yang terjadi dalam hidup kita. Ini akan membuat kita lebih optimis, penuh harapan dan merasa positif.

Cobalah untuk rutin buat three blessings journal ini. Berikut caranya:

- Malam hari, luangkan waktu sekitar 10 menit sebelum tidur. - Tulis tiga hal yang berjalan dengan baik hari ini, dan kasih penjelasan kenapa bisa berjalan dengan baik. Tulisnya, bisa di komputer, bisa juga di diary kalian.

Tiga hal itu tidak harus hal-hal yang luar biasa. Bisa hal-hal yang sederhana aja. Misalnya, “Hari ini aku ditraktir muncu Mizi makan bareng di MKG dengan Rindu, Rani dan Amira. Having fun !”, “Hari ini buku lewat Amazon.com yang dipesan Ayah sudah sampai.” Berikutnya, tulis penjelasan yang menjawab pertanyaan “Kenapa hal baik ini terjadi?”. Jadi, bisa seperti berikut, “Muncu Mizi perhatian sama aku, sepupu-sepupu ku orangnya menyenangkan”. “Ayah sayang sama aku, dan ingin aku rajin membaca supaya wawasan ku luas. Dia mau beliin hampir semua buku-buku yang aku minati”.

Uni, Kakak, mungkin membiasakan menulis Three blessings journal ini agak ribet pertamanya. Tapi kalau sudah biasa, pasti jadi lebih mudah. Insya Allah, dengan begini, uni sama kakak semakin merasakan anugerah Tuhan dalam hidup. Hal yang akan membuat Uni sama Kakak selalu optimis, exciting, more happier dalam hidupnya.

Love, hug, and all that stuff ..

Ayah. Perth April 15, 2012

Sunday, April 8, 2012

YES Live in concert. Fly from here tour 2012

Hari itu sampai juga akhirnya. 5 April 2012 malam, salah satu grup musik progressive rock idola ku, YES, tampil di Perth. Di Riverside Theatre, Perth Convention & Exhibition Centre, mereka tampil up close & personal. Ada kekhawatiran tadinya. Karena Jon Anderson, vocalist yang punya suara unik itu tidak lagi ada dalam grup ini. Kekhawatiran ku ini tentu wajar. Karena suara khasnya, tanpa Anderson, YES pasti tidak terasa YES. Tapi kekhawatiranku tak terbukti. Lead vocalist yang mereka rekrut, Jon Davidson ternyata menyayi dengan ciri suara persis seperti Anderson. Dengan gaya yang sama di atas panggung.

Mereka menampilkan lagu-lagu dari album baru mereka “Fly From Here”. Masih terasa sangat YES. Sebagian besar menampilkan “epic” layaknya grup progressive Rock. Melodisnya masih menonjol di sana sini. Syncope-syncope yang disajikan seperti kembali menghidupkan lagi aura legendaris mereka. Tentu saja tidak lupa lagu-lagu everlasting mereka. Lagu-lagu seperti “I’ve seen all good people, “Roundabout” yang bikin semua penonton histeris. Satu lagu yang pasti, yang meledak di tahun 83, “Owner of the lonely heart”.

Menonton konser seperti ini bukan sekadar soal aku menikmati penampilan yang disajikan pemusiknya. Tapi membantu ku mempertegas identitas diri; untuk merasa beruntung ada diantara sekumpulan orang yang memiliki apreasiasi untuk satu jenis musik. Banyak yang rambutnya sudah memutih, tapi tidak sedikit juga yang muda dan berambut gondrong. Mereka dengan bangga mengganti kemejanya dengan kaus resmi tur grup. Aroma alkohol masih semilir di depan lounge bar, tapi parfum mewah lebih kentara. Mereka lebih sopan ketimbang waktu zaman mereka “jaya” 20 tahunan lalu.

Saat pulang, didalam kereta Transperth, moment2 itu kembali hadir di benakku. Cuaca sudah mendingin malam itu, tapi kenangan masa SMP dan SMA itu menghangat. Sungguh, begitu banyak anugerah yang sudah aku peroleh. Lagi-lagi alasan menepis rasa pesimis. Lebih yakin dengan masa depan yang lebih menjanjikan.

Sunday, April 1, 2012

Nonton sambil piknik

Ini juga event yang sudah lama tertunda untuk aku jalani. Lotterywest Film Festivals. Festival yang memutar film-film international pemenang berbagi festival film dunia. Sempat beberapa kali melihat lokasi acaranya di Joondalup Pines, taman pinus di kampusku ECU Joondalup, akhirnya baru kali ini sempat nonton. Bukan di ECU, tapi di Somervile, outdoor theatre kampus University Western Australia.

Seperti harapan, suasananya terasa unik. Lokasinya diantara pohon-pohon pinus, dengan Layar besar di bagian depan. Deretan kursi yang nyaman disediakan di depan layar, seperti layaknya teater. Soundsytem, lighting, semua apik. Yang istimewa, menjelang masuk, disediakan dua bar besar. Di sisi depan layar dan di kiri-kanan bagian tempat duduk, disediakan tempat piknik. Penonton yang heboh dengan perangkat piknik lengkapn dan berbagai polahnya, membuat suasana teater ini menggairahkan.

Gairah itu berlanjut waktu Filmnya, Footnote, diputar. Film ini pemenang Cannes Film Festival; satu jaminan yang bisa diandalkan. Ceritanya tentang satu profesor, dan pernak-pernik akademisnya. Hmm… jarang-jarang ada film tentang profesi ku ini. Dengan nyaman aku nikmati permainan black comedy yang menjadi alur film ini. Satu lagi great moment yang patut kurayakan dan menjadi kenangan manisku.

Inspiring Alice Pung

Selalu senang rasanya menemukan hal-hal baru yang menarik. Apalagi kalau itu karena kita digiring oleh insting kita. Suatu ketika di Como Secondary College, aku membaca 2 halaman kutipan cerita tentang seorang anak Asia yang besar di Australia. “Ah, bagus sekali ini ceritanya. Sederhana, segar, dan penuh kejutan” begitu pikirku menyudahi 2 halaman itu. Tapi aku tidak pernah tahu itu salinan dari mana, dari buku apa. Baru sadar ketika aku memutuskan untuk membeli satu buku yang berjudul Unpolished Gem (2006).

Ceritanya, terbersit keinginan ku untuk menulis perjalanan 3 tahunan belajar dan hidup di Australia. Satu memoar tentang bagaimana aku melakoninya bersama keluarga. Kalau terwujudkan, tentulah tak ternilai manfaatnya. Bagiku dan juga bagi anak-anaku. Bahkan, juga anak-anak mereka kelak. Ya..,siapa tahu? Saat menelusuri internet mencari tahu bagaimana menulis memoar, waktu itulah aku berkenalan dengan Unpolished Gem. Buku ini memenangi beberapa anugerah sastra di Australia untuk kategori memoar. Penulisnya adalah Alice Pung. Selain buku itu, Alice juga mengeditori buku lain, Growing Asian in Australia. Dari buku inilah ternyata salinan 2 halaman yang aku baca tadi berasal.

Tak pelak lagi, aku merasa perlu berkenalan lebih jauh Alice Pung dan buku-buku nya. Beruntung situs web pribadinya; Alicepung.com memberi informasi yang aku cari. Di website ini, ada resources tulisan-tulisannya, buku-bukunya dan video-video wawancaranya. Kelihatan orangnya cerdas, berwawasan luas, serius tapi penuh humor. Yang jelas; cantik. Tapi yang lebih penting, banyak inspirasi yang aku peroleh darinya. Tentang memaknai berbagai peristiwa dalam hidup, tentang memanfaatkan kesempatan, tentang menghargai masa kecil dan orang tua.

Dan agaknya, semakin membulatkan keinginanku, membuat satu memoar tentang belajar dan hidup di Australia.

Ya, siapa tahu..

Menikmati Perth Writer Festival

Setelah dua kali gagal mengikuti acara tahunan ini, kalah sama agenda leisure anak-anak, akhirnya tahun ini aku sempat juga ke Perth Writer Festival. Bagian dari rangkaian acara Perth Art International Festival ini, merupakan surga bagi peminat dunia tulis menulis. Beragendakan diskusi, temu penulis, workshop, yang dipadu dengan acara hiburan, membuat acara ini pantas dinikmati.

Saat aku datang, fokus acaranya adalah Family Day. Panitia merancang berbagai kegiatan yang menarik untuk menumbuhkan selera menulis (dan membaca) pengunjung. Seakan-akan mereka ingin mengatakan, bahwa dunia menulis, bukanlah dunia sempit individu di depan komputer. Menulis adalah wadah sosial, dimana orang saling menuang gagasan, membagi rasa, membangkitkan kenangan dan memaknai berbagailekuk kehidupan dan belajar darinya.

Beberapa buku bagus yang dipamerkan berhasil mengundang seleraku untuk membeli. Untuk ku dan juga untuk anak-anak ku. Aku ingin mereka tahu bahwa ayahnya ingin mereka membesut minat membaca. Biar mereka tahu, bahwa dengan membaca sel-sel benak mereka mendapatkan cahaya wawasan yang memahirkan mereka menulis.Menikmatinya bersama-sama.

Terpuaskan dahagaku tenggelam dalam suasana festival ini. Lagi-lagi ini membuktikan padaku; kalau kita mau, di sekitar kita berseliweran sesuatu untuk dinikmati dan selanjutnya … disyukuri.

Hari ini, di Perth Writer Festival, aku beruntung merasakan keduanya.