Perlu mencatat dua orang yang melakukan hal sederhana tapi bermakna, yang membantu aku dan sahabatku selama di Sydney. Yang pertama, Om Edy, pria menjelang 60 tahun yang telah menetap di Sydney lebih 30 tahun. Yang kedua, mas Khairul Anam, dosen dari sebuah PTN di Jawa Timur yang sedang mengambil PhD nya di bidang engineering di UTS.
Kenal dengan mertuaku, Om Edy antusias sekali ingin membantu menjemput ke Bandara dan mengantarkan kami ke penginapan. “Nanti telpon saja atau SMS, kasih tahu pakai pesawat apa dan baju apa. Nanti Om Edy jemput.” katanya menawarkan. “Om Edy pakai peci nasional” ulangnya lagi lewat SMS, menjelang kami take off. Dengan peci itu, tak sulit menemukan beliau saat kami mendarat. Bantuannya sangat memudahkan, karena kami harus ke dua tempat sekaligus. Walaupun lokasi penginapan tidak jauh dari stasiun, karena sudah gelap, hampir pasti kami akan kerepotan kalau tidak diantar. Baru kenal lewat telpon, namun merelakan 2 jam an waktunya memang bukan luar biasa. Tapi, begitu bermakna untuk kami. Dia memaksa untuk mengantar kami ke bandara lagi saat pulang. Keikhlasannya membantu, dan mudah2nya akses ke bandara dengan kereta, membuatku lebih pantas untuk menolak tawaran ini.
Mas Anam sudah kuhubungi sejak 3 minggu sebelum berangkat, untuk mencari tahu alternatif penginapan dan transportasi selama kursus. Pria lajang ini selalu responsif menjawab email atau telpon. Dia sempatkan menemui kami di sela-sela rehat kursus, dan dengan kehangatannya kami langsung akrab. Sempat juga dibawanya kami makan siang di common room postgraduatenya. Hampir setiap hari selama kami di Sydney, mas Anam selalu bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan kami soal UTS, soal kereta, soal bus dan tempat-tempat yang ingin kami kunjungi. Tidak jarang, beliau menyempatkan diri membuka dulu google map, bahkan mencetakkannya untuk kami, jika kebingungan dengan satu lokasi. “Nggak apa-apa, pak. Nggak usah sungkan-sungkan..” katanya setiap kali aku berbasa-basi sudah merepotkan dia. Tak ada nada keberatan dan terganggu di suaranya. Hanya ketulusan.
Saat pulang, aku pastikan pamit dan berterima kasih lewat sms pada dua orang baik ini, berikut kalimat “Jazakumullahu Khairan”. “Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal”
No comments:
Post a Comment