Tentang blog ini
Blog ini berisi rekaman untuk selalu "take in the good" - meresapi sisi baik, indah, dan menyenangkan dari berbagai pengalaman. Upayaku mempertahankan emosi positif, meningkatkan rasa syukur, dan selalu merayakan kebaikan.
Sunday, August 30, 2020
Menjadi pembicara di webinar TVOne.
Ini adalah acara kerjasama TVOne Academy dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat U-Bakrie, untuk rekan-rekan supervisor di TVOne. Acara ini penting bagi keduabelah pihak, dan saya berkesempatan untuk berikan beberapa materi baru.
Walaupun panitia sudah punya judul, saya merevisinya menjadi Positive Leadership: Thrive in the pandemic era. Penekanan materinya adalah pada cara pandang melihat pandemik sebagai krisis, dan berupaya mencari solusi ke depannya. Pemimpin punya peran signifikan disini, karena itu dirinya lah yang harus “thrive” terlebih dahulu, sebelum ia memberi efek serupa pada timnya. Beberapa tips praktis dibahas di agenda webinar ini.
Walaupun tertunda 30 menit, dan sempat bikin agak panik, acara berlangsung lancar. Materi bisa terliputi, walau di beberapa bagian ada yang dikebut. Peserta cukup antusias, terlihat dari pertanyaan dan komentar. Beruntung ada peserta yang dapat mengangkat suasana, dengan celetukan dan komentar yang heboh. Alhamdulillah “Teaching as learning” masih terjadi, input dan pertanyaan memberikan wawasan baru untuk saya sebagai pembicara. Bonus: dapat beberapa teman baru yang menyenangkan.
Sunday, August 23, 2020
Congrats Uni Jasmin, You’ve made it
Pernah kecewa tidak lulus program studi PTN idamannya, dia mengulang sampai dua kali untuk ikut ujian SBMPTN. Lagi-lagi dia harus sedih. Tapi pelan-pelan, sepertinya Jasmin bisa menerima kondisinya, kuliah di prodi Ilmu Komunikasi U-Bakrie.
Saya sendiri optimis, alternatif kuliah yang dia jalankan di U-Bakrie itu, sama sekali tidak salah. Akreditasi prodi Ilkom adalah A, pengelola dan dosennya hebat-hebat, alumninya tersebar di berbagai perusahaan bereputasi. Lebih dari cukup, dari apa yang dibutuhkan seorang mahasiswa untuk menyiapkan diri sebelum berkarier.
Peran perguruan tinggi, dalam memfasilitasi kesiapan berkarier mahasiswa, atau employability, kini sudah berbeda. Perannya semakin berkurang. Mahasiswa sekarang – dimana pun dia kuliah – punya opsi lebih banyak untuk menyiapkan dirinya. Mereka bisa bergabung dengan komunitas, belajar sendiri lewat kursus online. Mereka bisa temukan referensi dan memperoleh akses, baik yang bersifat pengetahuan, kecakapan, atau kepada figur yang menginspirasi dengan jauh lebih mudah.
Itu yang selalu saya tekankan ke Jasmin. Alhamdulillah sepertinya dia sepakat. Dia aktif kembangkan dirinya lewat komunitas-komunitas sejak tahun pertama kuliah. Dia melibatkan diri pada proyek-proyek volunteer, dimana dia berkesempatan mempraktekkan pelajaran, sekaligus meningkatkan kecakapan sosial dan organisasinya. Jasmin aktif di organisasi Lingkaran, Matahari Kecil, hingga TedX Jakarta. Dia pernah magang di tempat bereputasi, Isobar dan kini masih berlangsung di OVO, dengan pekerjaan yang sesuai dengan bidang kuliahnya di lingkup kehumasan.
Dengan dia kuliah di U-Bakrie –bonusnya untuk saya –, Jasmin cuma di charge 50% dari skema fee kuliah yang didapatnya. Yang buat saya lebih senang, saya punya kesempatan lebih sering bersamanya di mobil, pergi dan pulang kuliah. Sesuatu yang lumayan mewah untuk orang tua yang anaknya kuliah di kota besar seperti Jakarta.
Tidak terasa, sudah empat tahun dia jalankan keputusannya. Sama seperti saat dia mulai kuliah, saya sama-sekali tidak merasa dia di tempat yang keliru. Malah, dari waktu ke waktu, optimis dia memperoleh apa yang seharusnya didapat dan dijalani oleh seorang yang kuliah. Sangat bersyukur kini dia sudah selesai tepat waktu.
Sabtu kemarin, dia sukses mempertahankan skripsinya. Bagi saya, ini adalah tanda dia menggunakan sebaik mungkin kepercayaan yang diberikan kepadanya. "Kepercayaanlah", bukan yang lain, yang paling mahal, yang diberikan setiap orang tua pada anaknya yang kuliah. Congrats Uni Jasmin Alya, You’ve made it. Good luck for your next, more challenging endeavor.
Sunday, September 3, 2017
Pameran Semanggi Kita
Punya anak yang beranjak dewasa susah-susah gampang. Mereka, dari generasi yang mungkin saja cara berpikirnya beda. Kondisi lingkungan, sosial, teknologi yang mereka alami benar-benar tak sama dengan yang orang tuanya alami 20-30 tahun yang lalu. Dengan perbedaan itu, berharap mereka mengikuti semua yang kita pikirkan sepertinya berlebihan. Tapi mungkin kita tetap bisa menyusupkan hal-hal yang prinsip, setidaknya.
Karena itu, kalau ada kesempatan untuk jalan di akhir pekan bareng dengan anak-anak, aku langsung lakukan. Kebetulan kakak Andrea punya selera serupa dalam seni, kami menyukai pameran-pameran seni. Minggu lalu kami jalan lihat pameran Semanggi Kita Berkarya Untuk Indonesia, yang terinspirasi dari proyek jembatan Semanggi. Disamping bisa memuaskan hasrat melihat karya-karya kreatif, melihat kakak mengapresiasi karya-karya itu juga kesenangan tertentu. Saya termasuk yang percaya, seni dapat membangun kapasitas emosi yang diperlukan dalam banyak hal. Sambil kami menyaksikan, mengomentari, diskusi, di sanalah kesempatan untuk memberi berbagai nilai-nilai yang penting untuk mereka anut.
Asian Literary Festival 2017
Asian Literary Festival 2017 diselenggarakan pada tanggal 3-6 Agustus lalu. ALF pun jadi agenda tahunan saya, karena selalu ada pembicara menarik untuk diikuti sesinya atau buku yang perlu dibeli. Tapi tahun ini beda, karena uni Jasmin Alya tertarik untuk ikut bekerja secara volunteer di event ini. Ini bagus untuk dia karena beberapa hal: Pertama dia memiliki akses ke perbincangan, isu, karya-karya sastra dari kawasan Asia yang menarik. Kedua, secara tidak langsung dia membangun kapasitas untuk bekerja sama dalam tim dan juga sekaligus kapasitas prosocial, keinginan membantu orang lain. Ketiga, karena beasiswa untuk studi lanjutnya ke luar negeri adalah satu dari ultimate goalnya, portofolio terlibat dalam kegiatan volunteerism menjadi salah satu kunci penting.
Well-done Uni, really appreciate for your decision.
Sunday, October 18, 2015
Glenn Fredly Konser Menanti Arah
Bagi mereka yang suka musik, menonton langsung liveshow penyanyi atau grup musik favoritnya selalu menjadi sebuah pengalaman tersendiri. Dari hanya menikmati alunan atau hentakan nadanya, dari menyanyikan serta meresapi makna liriknya, kita juga bisa menyaksikan bagaimana seluruh penampil menafsirkan seluruh komponen lagu. Keseluruhan kehebatan lagu itu terasa utuh kita rasakan.
Perasaan itulah yang aku rasakan kemarin malam, saat menonton konser Glenn Fredly: Menanti Arah. Perasaan itu semakin lengkap dan penuh ketika menyaksikan bagaimana 2 anak gadisku, Jasmin dan Andrea, yang juga menyukai Glenn begitu menikmati konser itu. Kami biasa memutar lagu-lagu Glenn di mobil dan di kamar, dan malam itu kami bisa nyanyi dan sesekali goyang bersama.
Glenn adalah salah satu penyanyi dan pencipta lagu hebat di Indonesia. Menikmati konsernya malam itu, memutarlagi ingatan bagaimana dia memulai kariernya secara professional sebagai penyanyi grup Funk Section tahun 1995. Pastilah dengan usaha keras, kesungguhan dan keberanian mencoba ia bisa menjadi sosok yang hebat saat ini. Lagu-lagu ciptaannya banyak yang menjadi hits dan selalu ditunggu-tunggu penggemar musik di Indonesia.
Dengan upaya keras juga agaknya Glenn mampu pushing the envelope, meraih pencapaian demi pencapaian tinggi dalam kariernya. Selain karya album musik, Glenn kini sering terlibat aktif menghasilkan film-film dimana Original Soundtrack selalu diciptakan Glenn. Membayangkan kemajuan karier Glenn, memberi gagasan bagaimana seseorang seharusnya bertumbuh dan berkembang, dan itu cukup untuk memercikkan sebuah semangat. Juga niat untuk mengalami pertumbuhan yang sama.
A night to remember and to be grateful.
Saturday, September 26, 2015
Menang hibah buku teks Kemenristek Dikti 2015
Alhamdulillah naskah draft buku “Corporate Entrepreneurship and Innovation” yang sedang dalam proses penerbitan, memenangkan program hibah buku teks Kemenristekdikti 2015. Program hibah ini dikhususkan untuk naskah buku hasil karya dosen di Indonesia yang siap diterbitkan. Dirjen Dikti memfasilitasi dosen dengan dana hibah dan proses pendampingan dan editing demi peningkatan mutu naskah yang diusulkan. Penyelesaian naskah dan pemerolehan hibah ini sesuai dengan “road map” yang aku rancang sebelumnya untuk proyek penulisan buku ini: membuat modul pelatihan corp.entrepreneurship - membangun kurikulum Managing Innovation untuk program Magister Manajemen - dan menghasilkan naskah buku teks sekaligus memperoleh hibah.
Pencapaian ini melegakan mengingat kerja berbulan-bulan dengan cara “tiarap” dan proses “sprint” 1 bulan terakhir menjelang deadline penyerahan naskah ke Dikti. Terasa terbayar semua energi, waktu dan konsentrasi yang dicurahkan. Menjadi lebih istimewa, karena pada bulan Februari 2015 yang lalu, buku ku yang lain, “Merancang Kuesioner” juga memenangkan program hibah buku ajar – buku yang sudah diterbitkan – Kemenristek Dikti 2015.
Untuk menghasilkan sebuah buku, keterampilan menulis, wawasan serta akses bahan bacaan memang penting. Tapi bagaimana seorang penulis bertahan disaat-saat akhir penyelesaian draft, persistensi menjadi kuncinya. Syukurlah pengalaman-pengalaman menulis buku-buku sebelumnya membuatku bisa melewati masa-masa kritis penyelesaian naskah ini.
Workshop “Structural Equation Modeling”
Program Doctor Research in Management BINUS University, mengundangku untuk memfasilitasi workshop Structural Equation Modeling (SEM) using AMOS pada 6 Juni 2015 yang lalu. Ini adalah kali kedua aku memfasilitasi mahasiswa program doktor di sini, setelah sebelumnya memberikan materi sejenis dengan tema Scale Development pada tanggal 2 Februari 2015.
SEM merupakan sebuah pendekatan statistika yang kompleks dan rumit, namun sangat canggih dalam menjawab berbagai pertanyaan riset. Desain riset yang aku jalankan saat studi S3 memaksaku untuk memahami dan mampu menggunakannya, setidaknya untuk beberapa tujuan penelitian.
Seperti biasa, interaksi yang terjadi dalam workshop serupa ini bukan saja kesempatan untuk berbagi, tapi aku juga mendapat banyak input dengan beragamnya masalah penelitian peserta.
Khusus untuk dosen, kemampuan menjalankan SEM dengan AMOS sebuah peluang untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dengan terbukanya banyak desain penelitian. Mereka bisa mengajak para mahasiswa meneliti dengan hal-hal baru yang belum banyak jadi perhatian.
Semoga semakin banyak pihak yang dapat memanfaatkan workshop ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)